Memperjuangkan Kebenaran dan Keadilan

Belajar Menulis Non Fiksi

Mungkin Anda pernah membaca tulisan
saya yang berjudul "Energi Alternatif Dan Political Will Pemerintah
(Tulisan gagal/baca sampai habis!)". Tulisan ini diawali dengan kalimat "Buah
jarak mampu menggantikan peran bahan bakar minyak (BBM) jenis solar".
Tulisan ini juga dilengkapi dengan berbagai data yang diketahui dan hasil
pencarian penulis terkait dengan informasi mengenai energi alternatif.
Kesimpulan bahwa buah jarak mampu menggantikan peran solar berdasarkan penelitian
yang dilakukan peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Robert Manurung,
bekerja sama dengan Mitsubishi Research Institute, Jepang.

Data lainnya adalah Jepang
pada saat Perang Dunia II sudah menggunakan minyak dari buah jarak sebagai
bahan bakar pesawat tempur dan peralatan perang lainnya.

Energi Alternatif lainnya yang saya angkat dalam tulisan itu adalah
kotoran hewan ternak. Energi biogas dapat diproduksi dari kotoran hewan ternak.
Informasi mengenai biogas ini juga dilengkapi dengan data-data yang saya
peroleh.

Melihat adanya peluang memproduksi
energi alternatif ini, saya mencoba untuk berkomentar. Potensi ini tidak akan
terwujud secara massal, bila tidak didukung oleh political will pemerintah.
Oleh karena itu, saya mengusulkan untuk membentuk "gerakan penanaman
sejuta pohon jarak" serta "program penggalakkan peternakan
berorientasi biogas metan".

Tapi ternyata "gerakan
penanaman sejuta pohon jarak" tidak mungkin dilakukan. Karena berdasarkan
data seorang teman, seluruh lahan di Indonesia telah ditanami oleh sawah.
Sehingga tidak mungkin lahan persawahan diganti dengan lahan pohon jarak. Masih
berdasarkan data teman ini, pohon jarak hanya dapat tumbuh sendiri dan tidak
dapat ditumpangi oleh tanaman sayur atau tanaman lainnya. Jika gerakan
penanaman sejuta pohon jarak ini dilakukan, maka mau tidak mau harus
mengorbankan lahan persawahan. Suatu hal yang tidak mungkin, mengorbankan lahan
persawahan.

Teman ini juga menginformasikan
bahwa ada upaya untuk mengembangkan energi alternatif yang berasal dari pohon
jarak
. Ada 3 daerah yang menjadi sasaran. Tapi agar rencana ini bejalan lancar,
3 kepala daerah yang menjadi sasaran ini mendapat suap. Mengapa? Karena dia
harus mengorbankan lahan persawahan untuk diganti dengan lahan tanaman pohon
jarak.

Mendengar data dan informasi inilah,
saya berkesimpulan bahwa tulisan yang berjudul "Energi Alternatif Dan Political Will
Pemerintah" merupakan tulisan yang gagal. Karena tulisan ini dibuat
berdasarkan informasi dan data yang kurang lengkap. Oleh karenanya, -sebelum
membuat tulisan non fiksi- seorang penulis non fiksi harus memiliki informasi
dan data yang kurang lengkap.

Walaupun gagal, tulisan ini
memberikan pelajaran penting pada saya, terlebih khusus berkaitan dengan
tulisan non fiksi.

Anda mungkin pernah membaca tulisan
tentang sebuah Harian ibu kota yang konon kecolongan dengan masuknya
seorang Yahudi menjadi salah satu pemegang saham harian tersebut. Tulisan
mengenai hal ini ditulis oleh sebuah situs. Beberapa hari kemudian, Harian yang
dituduh telah kecolongan itu, melayangkan surat protes dan meminta situs tersebut
mencabut tulisan dan memohon maaf atas kekeliruan yang telah ditulisnya.

Penulis yang bersangkutan dengan
tulisan tersebut memohon maaf atas kekeliruannya.

Terlepas dari siapa yang benar,
tetap saja peristiwa ini merupakan pelajaran penting bagi penulis non fiksi.
Coba Anda bayangkan, bagaimana jika seseorang membuat tulisan non fiksi
berdasarkan informasi yang keliru? Tulisan itu akan menyesatkan masyarakat.
Oleh karenanya, -sebelum membuat tulisan non fiksi- seorang penulis non fiksi
harus memiliki informasi yang benar, benar sesuai dengan faktanya.

Senada dengan kejadian di atas, saya
pernah membuat tulisan yang berjudul "KASUS KECELAKAAN ITU BERULANG KEMBALI".
Di dalam tulisan itu terdapat alenia berikut; Hari ini ada sebuah berita duka
cita. Seorang artis senior Sophan Sophian mengalami kecelakaan. Katanya
penyebab kecelakaannya, motor besar yang sedang dikendarainya masuk lubang.

Coba perhatikan! Adakah hal yang
janggal? Ya, kejanggalan terletak pada ungkapan 'katanya' (tulisan yang di-bold).
Ungkapan ini mengesankan bahwa saya belum yakin dengan informasi itu. Di
sinilah letak kesalahannya. Bagaimana jika informasi yang dicantumkan dalam
tulisan, ternyata tidak benar? Sekali lagi, tulisan itu dapat dikategorikan
sebagai tulisan yang menyesatkan.

arnabgaizir. blogspot. com
arnab20.multiply. com

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.