Memperjuangkan Kebenaran dan Keadilan

Workshop dan Bedah Buku

Aliansi Penulis Indonesia (API) bekerjasama dengan MR.PEN Indonesia dan Perpustakaan Umum Kota Jakarta Barat akan menyelenggarakan WORKSHOP & BEDAH (cara gampang menulis) BUKU pada:

Hari / tanggal : Senin / 11 Agustus 2008
Waktu : Pukul 15:00 - 18:00
Tempat : Gedung Perpustakaan Umum Jakarta Barat
Jl.Tanjung Duren Barat No.36, Jakarta Barat
Pembicara : Ariyanto M.B. (Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat API)
Penulis 24 Buku Non Fiksi Populer dalam setahun
Materi :
"Membedah Rahasia Penulisan 3 Buku dalam sebulan"
* Buku Modal Dengkul Untung Sebakul (Trasmedia, Mei 2008
* Buku Siapa Bilang Menjadi Penulis Susah dan Nggak Bisa Kaya (Brillian, Mei 2008)
* Solusi Bisnis Dasyat (Andi Publisher, Juli 2008)

Peserta : Pelajar, Mahasiswa, Guru, Dosen dan masyarakat umum
Biaya Partisipasi : Rp. 0 (GRATIS !!!)

Mengingat kondisi tempat, jumlah peserta sangat terbatas.

Bagi yang berminat silakan mendaftarkan diri via sms ke nomor: 021 - 935 62441

Apa Balasan Kalau Aku Mencoblos Kamu?

Anwar Holid

Pemilu walikota & wakil walikota Bandung Agustus 2008 tinggal lima hari lagi. Aku berhari-hari mulai mikir-mikir, siapa kira-kira yang pantas aku kasih suara, atau sebenarnya baik-baik saja kalau aku abstain. Aku nyaris nggak punya kepentingan politik, kecuali sejumlah sinisme dan keraguan.

Tetanggaku ada yang jadi anggota tim sukses 'HADI', dan pernah suatu pagi aku saksikan dia menyobek poster 'DADA-AYI.' Aku ketawa. Barangkali dalam pikirannya dia nyangka tak ada yang menyaksikan perbuatannya. Sobek-menyobek atau timpa-menimpa poster ketiga kandidat itu biasa sekali. Sehari spanduk dipasang di pinggir jalan, besoknya lenyap, atau langsung bertambah kandidat lain, kalau tidak cacat. Entah matanya jadi sobek, atau poster itu tercabik-cabik. Yang paling mencolok memang billboard 'Coblos Dadanya' yang dipasang di mana-mana, termasuk untuk sementara menutupi iklan rokok, karena jelas mustahil dirusak pihak lain kecuali punya alat canggih untuk naik dan merusakkan sekali tindakan. Pernah suatu malam aku lihat sepasang pemuda-pemudi berjilbab bekerja sama memasang poster 'TRENDI' di dinding-dinding kota. Aku senyum, "Segitunya mereka mau berkorban. Mereka dapat apa sih?" Di kejauhan, mobil mereka di parkir, bagian belakangnya ditempeli poster
'TRENDI.' Bila di tingkat pendukung saja saling cakar begitu, entah bagaimana ketegangan di tingkat pusat.

"Tim sukses itu dibayar nggak sih?" kata Ubing waktu kami di dapur menyiapkan sarapan.
"Tergantung. Kalau duit si kandidat besar, ya dibayar. Malah ada kala orang rela mengorbankan sesuatu untuk kandidat. Apalagi kalau dia setuju dengan ide kandidat."
"Ah, tapi mana mungkin tidak dibayar?"
"Ya juga sih. Biaya kampanye itu besar sekali soalnya."

Aku sendiri dari awal bertanya-tanya, aku bakal dapat apa kalau nanti mencoblos salah satu kandidat itu? Aku merasa suaraku tidak segitunya penting atau menentukan kemenangan salah satu kandidat, jadi biasa saja. Kecuali kalau nanti salah satu kandidat butuh satu suara untuk meraih kemenangan, mungkin baru ketika itu aku mikir-mikir akan mencoblos. Ah, kamu terlalu tinggi hati, Wartax! Tapi apa salahnya pasang harga setinggi mungkin untuk sebuah suara? Katanya suara rakyat memang menentukan. Dengan Tuhan saja aku berdagang dengan harga yang sangat tinggu; apalagi dengan politikus yang menjanjikan kesejahteraan dan semacamnya.

Kubu 'DADA-AYI' mengeluarkan slogan "membangun dengan pengalaman" yang buat aku kedengaran sumbang. "Dengan pengalaman" mereka, Bandung pernah mengalami masalah sampah paling buruk sepanjang aku tinggal di kota ini. Sekarang pun, sampah merupakan masalah akut yang mengkhawatirkan, apalagi jika hujan deras. Tobat dah. Aku kuatir lama-lama Bandung banjir bila musim hujan, seperti Jakarta. "Dengan pengalaman" sebagai ketua umum Persib, H. Dada Rosada gagal mempersembahkan tropi Liga Indonesia, bahkan di putaran kedua nasib Persib mengenaskan. Kalau di Liga Inggris, ketua seperti itu sudah dicopot jauh-jauh hari. Nasib Persib juga buruk di Liga Super Indonesia; sementara ketua umumnya sibuk kampanye dan minta dukungan bobotoh. Absurd. "Coblos Dadanya" ingin sekali aku ganti jadi "coblos hatinya" biar mereka tahu bahwa sebagian pengalaman kepemimpinan itu ternyata buruk. Aku malu dengan golongan orang yang memasang spanduk mau memilih mereka lagi karena
"berpengalaman. " Pengalaman mengajarkan saat Dada Rosada jadi walikota terjadi penyerbuan oleh sekelompok orang intoleran ke toko buku Ultimus ketika sedang ada diskusi ilmiah di sana, dan mereka menangkapi orang yang berbeda pendapat. Jelas pengalaman seperti itu jangan sampai terjadi lagi.

Karena belum jadi ketua umum Persib, pasangan 'TRENDI' mencoba mengambil hati dengan menempel jadwal Persib di Liga Super Indonesia, sambil mengenakan seragam Persib. Menurutku, ini juga langkah lucu. Jadi benar dugaanku dulu, para kandidat itu pengen sekalian jadi ketua Persib begitu terpilih jadi wali & wakil walikota. Padahal barangkali alangkah baiknya urusan pemerintahan itu dipisahkan dengan urusan sepakbola. Kalau enggak nanti runyam. Terbukti dengan PSSI sekarang. Kenapa kandidat yang tak pernah berhubungan dengan sepak bola itu berusaha meraih simpati warga yang peduli Persib? Untuk apa ya?

Apa mereka kurang yakin dengan jalur yang mereka tempuh selama ini, sampai perlu mengambil hati para bobotoh? Apa ketua umum Manchester United itu walikota Manchester? Rasanya bukan deh. Apa slogan "perubahan" yang mereka canangkan bakal bisa mengubah Persib jadi kampiun Liga Indonesia? Slogan "perubahan" pasangan ini sebenarnya menantang; tapi kalau aku lihat sungai-sungai di Bandung jadi timbuhan sampah, sementara air kering di waktu musim kemarau... aku sulit sekali diyakinkan perubahan apa yang sebenarnya ingin mereka lakukan. Apa aku bisa berharap bahwa jaminan sosialku lebih baik, misalnya dengan memperoleh pengobatan kelas satu kalau aku sekeluarga sakit, bila aku mencoblos suara buat mereka?

Pasangan 'HADI' mengedepankan independensi untuk meyakinkan warga Bandung agar memilih mereka. Menarik sebenarnya ide itu, di tengah dukung-mendukung antarormas dan partai pada tiap pasangan menjelang pilkada seperti ini, yaitu biar warga tidak terkesan terpecah-pecah. Kata kubu HADI, mereka siap melayani publik. Benarkah seperti itu? Kalau begitu, nanti warga nggak perlu repot ke sana-sini atau bayar ini-itu buat bikin KTP, atau ketika mau pindah dan ke luar kota, nggak perlu bayar iuran atau ditarik retribusi... karena kami adalah warga negara yang berhak dilayani. Kalau dipikir, tawaran mereka cukup menarik: bayaran dari coblosan untuk mereka ialah layanan publik yang baik. Bisakah itu dijamin? Aku sulit memastikan.

Aku mengira-ngira, karena kang Dada Rosada sekarang pemangku jabatan kepala pemerintahan kota Bandung, dia bisa mengerahkan segala kekuatan untuk kampanye agar terpilih lagi. Dia menggunakan kedudukannya sebagai ketua BNK (Badan Narkoba Kota?), ketua Persib, agar bisa tampil ke publik. Sementara itu sejumlah partai dan ormas mendukungnya; spanduk-spanduk bertebaran di mulut gang siap mencoblos dia lagi, termasuk anjuran dari anggota caleg. Yang repot ialah anggota atau simpatisan partai PKS dan PAN. Di tingkat provinsi, mereka berkongsi untuk memenangkan 'HADE'; tapi di tingkat kota mereka pecah kongsi, PAN ternyata mendukung DADA-AYI. Di sejumlah poster sampai ada peringatan jangan sampai salah pilih, bahwa dukungan mereka lain dengan yang diusung PKS. Tentulah kedua kandidat lain punya puluhan cara untuk mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan. Jumat lalu aku baca sebagian kaukus umat Islam ramai-ramai mendukung TRENDI.

Pada siapa umat Muslim Bandung bakal mencoblos? Dilihat dari reputasi, Abu Syauqi, pasangan Taufikurahman, jelas bisa menarik banyak simpati dan namanya sudah cukup terkenal. Kinerja dia dengan Rumah Zakat Indonesia bagus. Program Abu Syauqi ini membumi dan populer. Sudah sejak lama Abu Syauqi bikin 'ambulans gratis', 'sekolah gratis', 'rumah sakit gratis', 'kirim kornet qurban ke pelosok dan pesantren', dan sebagainya. Spanduk Rumah Zakat kayaknya mudah ditemui. Aku berani bilang, Abu Syauqi lebih konkret. Di beberapa poster, 'TRENDI' digambarkan persis seperti poster film 'I am Legend' yang hendak menyelamatkan kota dari serbuan malapetaka. Tapi seperti yang aku bilang dulu, nama Abu Syauqi berkonotasi tertentu bagi pemilih sekular/non- Muslim, dan memungkinkan mereka enggan memilihnya.

Ternyata untuk mencoblos pun aku banyak menuntut. Aku rewel dengan janji-janji mereka. Aku ragu dengan niat mereka. Tapi mungkin abstain pun bukan langkah populer. Idealnya aku memberikan suara kepada kandidat yang memberi penawaran paling bagus untuk aku, karena aku akan memberikan kepercayaanku yang paling berharga sebagai warga kota. Aku mempertaruhkan ketenangan, kesuksesan, kenyamanan, dan lain-lain untuk tinggal di sini. Semoga di hari terakhir aku akhirnya bisa memutuskan akan mencoblos siapa. Kalau tidak, aku lebih memprioritaskan urusan pribadi dan mencoba menyelesaikan pekerjaan yang sudah semestinya aku tuntaskan. Politik bisa jadi masalah hati & keyakinan, sejauh apa pun seseorang bisa merasa terwakili oleh politisi, bahkan ketika dirinya boleh jadi sulit menggugat bila kandidatnya mengkhinati kepercayaannya. []

Anwar Holid, penduduk Bandung, tinggal di gang Panorama II no. 26 B; KTP no. 1050050909733005. Ngeblog @ http://halamanganji l.blogspot. com. Menulis Barack Hussein Obama (Mizania, 2007), biografi populer kandidat calon presiden AS dari Partai Demokrat.

Anwar Holid, penulis & penyunting, eksponen TEXTOUR, Rumah Buku.

Kontak: wartax@yahoo. com | (022) 2037348 | 08156140621 | Panorama II No. 26 B Bandung 40141

Apa Balasan Kalau Aku Mencoblos Kamu?

Anwar Holid

Pemilu walikota & wakil walikota Bandung Agustus 2008 tinggal lima hari lagi. Aku berhari-hari mulai mikir-mikir, siapa kira-kira yang pantas aku kasih suara, atau sebenarnya baik-baik saja kalau aku abstain. Aku nyaris nggak punya kepentingan politik, kecuali sejumlah sinisme dan keraguan.

Tetanggaku ada yang jadi anggota tim sukses 'HADI', dan pernah suatu pagi aku saksikan dia menyobek poster 'DADA-AYI.' Aku ketawa. Barangkali dalam pikirannya dia nyangka tak ada yang menyaksikan perbuatannya. Sobek-menyobek atau timpa-menimpa poster ketiga kandidat itu biasa sekali. Sehari spanduk dipasang di pinggir jalan, besoknya lenyap, atau langsung bertambah kandidat lain, kalau tidak cacat. Entah matanya jadi sobek, atau poster itu tercabik-cabik. Yang paling mencolok memang billboard 'Coblos Dadanya' yang dipasang di mana-mana, termasuk untuk sementara menutupi iklan rokok, karena jelas mustahil dirusak pihak lain kecuali punya alat canggih untuk naik dan merusakkan sekali tindakan. Pernah suatu malam aku lihat sepasang pemuda-pemudi berjilbab bekerja sama memasang poster 'TRENDI' di dinding-dinding kota. Aku senyum, "Segitunya mereka mau berkorban. Mereka dapat apa sih?" Di kejauhan, mobil mereka di parkir, bagian belakangnya ditempeli poster
'TRENDI.' Bila di tingkat pendukung saja saling cakar begitu, entah bagaimana ketegangan di tingkat pusat.

"Tim sukses itu dibayar nggak sih?" kata Ubing waktu kami di dapur menyiapkan sarapan.
"Tergantung. Kalau duit si kandidat besar, ya dibayar. Malah ada kala orang rela mengorbankan sesuatu untuk kandidat. Apalagi kalau dia setuju dengan ide kandidat."
"Ah, tapi mana mungkin tidak dibayar?"
"Ya juga sih. Biaya kampanye itu besar sekali soalnya."

Aku sendiri dari awal bertanya-tanya, aku bakal dapat apa kalau nanti mencoblos salah satu kandidat itu? Aku merasa suaraku tidak segitunya penting atau menentukan kemenangan salah satu kandidat, jadi biasa saja. Kecuali kalau nanti salah satu kandidat butuh satu suara untuk meraih kemenangan, mungkin baru ketika itu aku mikir-mikir akan mencoblos. Ah, kamu terlalu tinggi hati, Wartax! Tapi apa salahnya pasang harga setinggi mungkin untuk sebuah suara? Katanya suara rakyat memang menentukan. Dengan Tuhan saja aku berdagang dengan harga yang sangat tinggu; apalagi dengan politikus yang menjanjikan kesejahteraan dan semacamnya.

Kubu 'DADA-AYI' mengeluarkan slogan "membangun dengan pengalaman" yang buat aku kedengaran sumbang. "Dengan pengalaman" mereka, Bandung pernah mengalami masalah sampah paling buruk sepanjang aku tinggal di kota ini. Sekarang pun, sampah merupakan masalah akut yang mengkhawatirkan, apalagi jika hujan deras. Tobat dah. Aku kuatir lama-lama Bandung banjir bila musim hujan, seperti Jakarta. "Dengan pengalaman" sebagai ketua umum Persib, H. Dada Rosada gagal mempersembahkan tropi Liga Indonesia, bahkan di putaran kedua nasib Persib mengenaskan. Kalau di Liga Inggris, ketua seperti itu sudah dicopot jauh-jauh hari. Nasib Persib juga buruk di Liga Super Indonesia; sementara ketua umumnya sibuk kampanye dan minta dukungan bobotoh. Absurd. "Coblos Dadanya" ingin sekali aku ganti jadi "coblos hatinya" biar mereka tahu bahwa sebagian pengalaman kepemimpinan itu ternyata buruk. Aku malu dengan golongan orang yang memasang spanduk mau memilih mereka lagi karena
"berpengalaman. " Pengalaman mengajarkan saat Dada Rosada jadi walikota terjadi penyerbuan oleh sekelompok orang intoleran ke toko buku Ultimus ketika sedang ada diskusi ilmiah di sana, dan mereka menangkapi orang yang berbeda pendapat. Jelas pengalaman seperti itu jangan sampai terjadi lagi.

Karena belum jadi ketua umum Persib, pasangan 'TRENDI' mencoba mengambil hati dengan menempel jadwal Persib di Liga Super Indonesia, sambil mengenakan seragam Persib. Menurutku, ini juga langkah lucu. Jadi benar dugaanku dulu, para kandidat itu pengen sekalian jadi ketua Persib begitu terpilih jadi wali & wakil walikota. Padahal barangkali alangkah baiknya urusan pemerintahan itu dipisahkan dengan urusan sepakbola. Kalau enggak nanti runyam. Terbukti dengan PSSI sekarang. Kenapa kandidat yang tak pernah berhubungan dengan sepak bola itu berusaha meraih simpati warga yang peduli Persib? Untuk apa ya?

Apa mereka kurang yakin dengan jalur yang mereka tempuh selama ini, sampai perlu mengambil hati para bobotoh? Apa ketua umum Manchester United itu walikota Manchester? Rasanya bukan deh. Apa slogan "perubahan" yang mereka canangkan bakal bisa mengubah Persib jadi kampiun Liga Indonesia? Slogan "perubahan" pasangan ini sebenarnya menantang; tapi kalau aku lihat sungai-sungai di Bandung jadi timbuhan sampah, sementara air kering di waktu musim kemarau... aku sulit sekali diyakinkan perubahan apa yang sebenarnya ingin mereka lakukan. Apa aku bisa berharap bahwa jaminan sosialku lebih baik, misalnya dengan memperoleh pengobatan kelas satu kalau aku sekeluarga sakit, bila aku mencoblos suara buat mereka?

Pasangan 'HADI' mengedepankan independensi untuk meyakinkan warga Bandung agar memilih mereka. Menarik sebenarnya ide itu, di tengah dukung-mendukung antarormas dan partai pada tiap pasangan menjelang pilkada seperti ini, yaitu biar warga tidak terkesan terpecah-pecah. Kata kubu HADI, mereka siap melayani publik. Benarkah seperti itu? Kalau begitu, nanti warga nggak perlu repot ke sana-sini atau bayar ini-itu buat bikin KTP, atau ketika mau pindah dan ke luar kota, nggak perlu bayar iuran atau ditarik retribusi... karena kami adalah warga negara yang berhak dilayani. Kalau dipikir, tawaran mereka cukup menarik: bayaran dari coblosan untuk mereka ialah layanan publik yang baik. Bisakah itu dijamin? Aku sulit memastikan.

Aku mengira-ngira, karena kang Dada Rosada sekarang pemangku jabatan kepala pemerintahan kota Bandung, dia bisa mengerahkan segala kekuatan untuk kampanye agar terpilih lagi. Dia menggunakan kedudukannya sebagai ketua BNK (Badan Narkoba Kota?), ketua Persib, agar bisa tampil ke publik. Sementara itu sejumlah partai dan ormas mendukungnya; spanduk-spanduk bertebaran di mulut gang siap mencoblos dia lagi, termasuk anjuran dari anggota caleg. Yang repot ialah anggota atau simpatisan partai PKS dan PAN. Di tingkat provinsi, mereka berkongsi untuk memenangkan 'HADE'; tapi di tingkat kota mereka pecah kongsi, PAN ternyata mendukung DADA-AYI. Di sejumlah poster sampai ada peringatan jangan sampai salah pilih, bahwa dukungan mereka lain dengan yang diusung PKS. Tentulah kedua kandidat lain punya puluhan cara untuk mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan. Jumat lalu aku baca sebagian kaukus umat Islam ramai-ramai mendukung TRENDI.

Pada siapa umat Muslim Bandung bakal mencoblos? Dilihat dari reputasi, Abu Syauqi, pasangan Taufikurahman, jelas bisa menarik banyak simpati dan namanya sudah cukup terkenal. Kinerja dia dengan Rumah Zakat Indonesia bagus. Program Abu Syauqi ini membumi dan populer. Sudah sejak lama Abu Syauqi bikin 'ambulans gratis', 'sekolah gratis', 'rumah sakit gratis', 'kirim kornet qurban ke pelosok dan pesantren', dan sebagainya. Spanduk Rumah Zakat kayaknya mudah ditemui. Aku berani bilang, Abu Syauqi lebih konkret. Di beberapa poster, 'TRENDI' digambarkan persis seperti poster film 'I am Legend' yang hendak menyelamatkan kota dari serbuan malapetaka. Tapi seperti yang aku bilang dulu, nama Abu Syauqi berkonotasi tertentu bagi pemilih sekular/non- Muslim, dan memungkinkan mereka enggan memilihnya.

Ternyata untuk mencoblos pun aku banyak menuntut. Aku rewel dengan janji-janji mereka. Aku ragu dengan niat mereka. Tapi mungkin abstain pun bukan langkah populer. Idealnya aku memberikan suara kepada kandidat yang memberi penawaran paling bagus untuk aku, karena aku akan memberikan kepercayaanku yang paling berharga sebagai warga kota. Aku mempertaruhkan ketenangan, kesuksesan, kenyamanan, dan lain-lain untuk tinggal di sini. Semoga di hari terakhir aku akhirnya bisa memutuskan akan mencoblos siapa. Kalau tidak, aku lebih memprioritaskan urusan pribadi dan mencoba menyelesaikan pekerjaan yang sudah semestinya aku tuntaskan. Politik bisa jadi masalah hati & keyakinan, sejauh apa pun seseorang bisa merasa terwakili oleh politisi, bahkan ketika dirinya boleh jadi sulit menggugat bila kandidatnya mengkhinati kepercayaannya. []

Anwar Holid, penduduk Bandung, tinggal di gang Panorama II no. 26 B; KTP no. 1050050909733005. Ngeblog @ http://halamanganji l.blogspot. com. Menulis Barack Hussein Obama (Mizania, 2007), biografi populer kandidat calon presiden AS dari Partai Demokrat.

Anwar Holid, penulis & penyunting, eksponen TEXTOUR, Rumah Buku.

Kontak: wartax@yahoo. com | (022) 2037348 | 08156140621 | Panorama II No. 26 B Bandung 40141
Anwar Holid

Pemilu walikota & wakil walikota Bandung Agustus 2008 tinggal lima hari lagi. Aku berhari-hari mulai mikir-mikir, siapa kira-kira yang pantas aku kasih suara, atau sebenarnya baik-baik saja kalau aku abstain. Aku nyaris nggak punya kepentingan politik, kecuali sejumlah sinisme dan keraguan.

Tetanggaku ada yang jadi anggota tim sukses 'HADI', dan pernah suatu pagi aku saksikan dia menyobek poster 'DADA-AYI.' Aku ketawa. Barangkali dalam pikirannya dia nyangka tak ada yang menyaksikan perbuatannya. Sobek-menyobek atau timpa-menimpa poster ketiga kandidat itu biasa sekali. Sehari spanduk dipasang di pinggir jalan, besoknya lenyap, atau langsung bertambah kandidat lain, kalau tidak cacat. Entah matanya jadi sobek, atau poster itu tercabik-cabik. Yang paling mencolok memang billboard 'Coblos Dadanya' yang dipasang di mana-mana, termasuk untuk sementara menutupi iklan rokok, karena jelas mustahil dirusak pihak lain kecuali punya alat canggih untuk naik dan merusakkan sekali tindakan. Pernah suatu malam aku lihat sepasang pemuda-pemudi berjilbab bekerja sama memasang poster 'TRENDI' di dinding-dinding kota. Aku senyum, "Segitunya mereka mau berkorban. Mereka dapat apa sih?" Di kejauhan, mobil mereka di parkir, bagian belakangnya ditempeli poster
'TRENDI.' Bila di tingkat pendukung saja saling cakar begitu, entah bagaimana ketegangan di tingkat pusat.

"Tim sukses itu dibayar nggak sih?" kata Ubing waktu kami di dapur menyiapkan sarapan.
"Tergantung. Kalau duit si kandidat besar, ya dibayar. Malah ada kala orang rela mengorbankan sesuatu untuk kandidat. Apalagi kalau dia setuju dengan ide kandidat."
"Ah, tapi mana mungkin tidak dibayar?"
"Ya juga sih. Biaya kampanye itu besar sekali soalnya."

Aku sendiri dari awal bertanya-tanya, aku bakal dapat apa kalau nanti mencoblos salah satu kandidat itu? Aku merasa suaraku tidak segitunya penting atau menentukan kemenangan salah satu kandidat, jadi biasa saja. Kecuali kalau nanti salah satu kandidat butuh satu suara untuk meraih kemenangan, mungkin baru ketika itu aku mikir-mikir akan mencoblos. Ah, kamu terlalu tinggi hati, Wartax! Tapi apa salahnya pasang harga setinggi mungkin untuk sebuah suara? Katanya suara rakyat memang menentukan. Dengan Tuhan saja aku berdagang dengan harga yang sangat tinggu; apalagi dengan politikus yang menjanjikan kesejahteraan dan semacamnya.

Kubu 'DADA-AYI' mengeluarkan slogan "membangun dengan pengalaman" yang buat aku kedengaran sumbang. "Dengan pengalaman" mereka, Bandung pernah mengalami masalah sampah paling buruk sepanjang aku tinggal di kota ini. Sekarang pun, sampah merupakan masalah akut yang mengkhawatirkan, apalagi jika hujan deras. Tobat dah. Aku kuatir lama-lama Bandung banjir bila musim hujan, seperti Jakarta. "Dengan pengalaman" sebagai ketua umum Persib, H. Dada Rosada gagal mempersembahkan tropi Liga Indonesia, bahkan di putaran kedua nasib Persib mengenaskan. Kalau di Liga Inggris, ketua seperti itu sudah dicopot jauh-jauh hari. Nasib Persib juga buruk di Liga Super Indonesia; sementara ketua umumnya sibuk kampanye dan minta dukungan bobotoh. Absurd. "Coblos Dadanya" ingin sekali aku ganti jadi "coblos hatinya" biar mereka tahu bahwa sebagian pengalaman kepemimpinan itu ternyata buruk. Aku malu dengan golongan orang yang memasang spanduk mau memilih mereka lagi karena
"berpengalaman. " Pengalaman mengajarkan saat Dada Rosada jadi walikota terjadi penyerbuan oleh sekelompok orang intoleran ke toko buku Ultimus ketika sedang ada diskusi ilmiah di sana, dan mereka menangkapi orang yang berbeda pendapat. Jelas pengalaman seperti itu jangan sampai terjadi lagi.

Karena belum jadi ketua umum Persib, pasangan 'TRENDI' mencoba mengambil hati dengan menempel jadwal Persib di Liga Super Indonesia, sambil mengenakan seragam Persib. Menurutku, ini juga langkah lucu. Jadi benar dugaanku dulu, para kandidat itu pengen sekalian jadi ketua Persib begitu terpilih jadi wali & wakil walikota. Padahal barangkali alangkah baiknya urusan pemerintahan itu dipisahkan dengan urusan sepakbola. Kalau enggak nanti runyam. Terbukti dengan PSSI sekarang. Kenapa kandidat yang tak pernah berhubungan dengan sepak bola itu berusaha meraih simpati warga yang peduli Persib? Untuk apa ya?

Apa mereka kurang yakin dengan jalur yang mereka tempuh selama ini, sampai perlu mengambil hati para bobotoh? Apa ketua umum Manchester United itu walikota Manchester? Rasanya bukan deh. Apa slogan "perubahan" yang mereka canangkan bakal bisa mengubah Persib jadi kampiun Liga Indonesia? Slogan "perubahan" pasangan ini sebenarnya menantang; tapi kalau aku lihat sungai-sungai di Bandung jadi timbuhan sampah, sementara air kering di waktu musim kemarau... aku sulit sekali diyakinkan perubahan apa yang sebenarnya ingin mereka lakukan. Apa aku bisa berharap bahwa jaminan sosialku lebih baik, misalnya dengan memperoleh pengobatan kelas satu kalau aku sekeluarga sakit, bila aku mencoblos suara buat mereka?

Pasangan 'HADI' mengedepankan independensi untuk meyakinkan warga Bandung agar memilih mereka. Menarik sebenarnya ide itu, di tengah dukung-mendukung antarormas dan partai pada tiap pasangan menjelang pilkada seperti ini, yaitu biar warga tidak terkesan terpecah-pecah. Kata kubu HADI, mereka siap melayani publik. Benarkah seperti itu? Kalau begitu, nanti warga nggak perlu repot ke sana-sini atau bayar ini-itu buat bikin KTP, atau ketika mau pindah dan ke luar kota, nggak perlu bayar iuran atau ditarik retribusi... karena kami adalah warga negara yang berhak dilayani. Kalau dipikir, tawaran mereka cukup menarik: bayaran dari coblosan untuk mereka ialah layanan publik yang baik. Bisakah itu dijamin? Aku sulit memastikan.

Aku mengira-ngira, karena kang Dada Rosada sekarang pemangku jabatan kepala pemerintahan kota Bandung, dia bisa mengerahkan segala kekuatan untuk kampanye agar terpilih lagi. Dia menggunakan kedudukannya sebagai ketua BNK (Badan Narkoba Kota?), ketua Persib, agar bisa tampil ke publik. Sementara itu sejumlah partai dan ormas mendukungnya; spanduk-spanduk bertebaran di mulut gang siap mencoblos dia lagi, termasuk anjuran dari anggota caleg. Yang repot ialah anggota atau simpatisan partai PKS dan PAN. Di tingkat provinsi, mereka berkongsi untuk memenangkan 'HADE'; tapi di tingkat kota mereka pecah kongsi, PAN ternyata mendukung DADA-AYI. Di sejumlah poster sampai ada peringatan jangan sampai salah pilih, bahwa dukungan mereka lain dengan yang diusung PKS. Tentulah kedua kandidat lain punya puluhan cara untuk mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan. Jumat lalu aku baca sebagian kaukus umat Islam ramai-ramai mendukung TRENDI.

Pada siapa umat Muslim Bandung bakal mencoblos? Dilihat dari reputasi, Abu Syauqi, pasangan Taufikurahman, jelas bisa menarik banyak simpati dan namanya sudah cukup terkenal. Kinerja dia dengan Rumah Zakat Indonesia bagus. Program Abu Syauqi ini membumi dan populer. Sudah sejak lama Abu Syauqi bikin 'ambulans gratis', 'sekolah gratis', 'rumah sakit gratis', 'kirim kornet qurban ke pelosok dan pesantren', dan sebagainya. Spanduk Rumah Zakat kayaknya mudah ditemui. Aku berani bilang, Abu Syauqi lebih konkret. Di beberapa poster, 'TRENDI' digambarkan persis seperti poster film 'I am Legend' yang hendak menyelamatkan kota dari serbuan malapetaka. Tapi seperti yang aku bilang dulu, nama Abu Syauqi berkonotasi tertentu bagi pemilih sekular/non- Muslim, dan memungkinkan mereka enggan memilihnya.

Ternyata untuk mencoblos pun aku banyak menuntut. Aku rewel dengan janji-janji mereka. Aku ragu dengan niat mereka. Tapi mungkin abstain pun bukan langkah populer. Idealnya aku memberikan suara kepada kandidat yang memberi penawaran paling bagus untuk aku, karena aku akan memberikan kepercayaanku yang paling berharga sebagai warga kota. Aku mempertaruhkan ketenangan, kesuksesan, kenyamanan, dan lain-lain untuk tinggal di sini. Semoga di hari terakhir aku akhirnya bisa memutuskan akan mencoblos siapa. Kalau tidak, aku lebih memprioritaskan urusan pribadi dan mencoba menyelesaikan pekerjaan yang sudah semestinya aku tuntaskan. Politik bisa jadi masalah hati & keyakinan, sejauh apa pun seseorang bisa merasa terwakili oleh politisi, bahkan ketika dirinya boleh jadi sulit menggugat bila kandidatnya mengkhinati kepercayaannya. []

Anwar Holid, penduduk Bandung, tinggal di gang Panorama II no. 26 B; KTP no. 1050050909733005. Ngeblog @ http://halamanganji l.blogspot. com. Menulis Barack Hussein Obama (Mizania, 2007), biografi populer kandidat calon presiden AS dari Partai Demokrat.

Anwar Holid, penulis & penyunting, eksponen TEXTOUR, Rumah Buku.

Kontak: wartax@yahoo. com | (022) 2037348 | 08156140621 | Panorama II No. 26 B Bandung 40141
Diberdayakan oleh Blogger.