Memperjuangkan Kebenaran dan Keadilan

Lelaki Berkalung Sorban


Muhammad Sirul Haq

Dingin malam menyengat, pelupuk mata membatu seakan melawan tuk terbeliat. Tubuh keras berat dilawan tuk dilunakkan, kepala yang masih bersenggama dengan bantal dicampakkannya. Badan yang tergulai disisi kanan menghadap ke kiblat itu perlahan dibalik menghadap ke timur hingga sisi kira badan bertemu kasur dan mulai membangkitkan diri dikala tak seorangpun terbangun dimalam itu.

Ia terbangun demi cinta. Diusapnya matanya, bergegas menuju telaga penyucian diri. Dibasuhnya tangannya, mulutnya mulai berkumur mengeluarkan liur dan kecamba gigi, hidung yang telah menghirup udara kotor tak lupa dibersihkan. Tak ketinggalan wajah, kedua belah tangan, dahi dan kepala, telinga dan kedua kaki. Semuanya dibasuh tiga kali, dan berdoa demi Tuhan jagad raya yang telah membersihkan hati dan jiwanya, dan menjadikan dirinya diantara orang-orang soleh.

Sehelai sorban telah terkalung dilehernya, selembar sujadah dihamparkan. Titik air yang masih mendekap di wajah dan tangan diusapnya dengan keyakinan bahwa disuatu waktu air ini akan mengantarnya pada cinta abadinya.

Tak berselang berapa lama, dengan gaya menyakinkan, pikiran yang khusyu memulai berucap "Allahu Akbar" petanda membuka tabir cinta perindu malam akan sang Ilahi. Kini ia bergulat dengan cintanya malam itu, 11 rakaat tahajjud dengan ikhlas demi mengharap cinta kasih sayang. Malam itu menjadi terindah baginya, dijumpainya kekasih abadinya tanpa menuntut apapun selain kerendahan hati dan rasa syukur mendalam.

Dan tak ada lain yang dicari lelaki itu penghujung pertigaan malam penghabisan, selain birahinya tersalurkan bagi sang Pecintanya.

Dialah yang maha pecinta dari segala pecinta
Tak mengharap pemberian hanya cinta tulus
Sembah iklas hamba demi bertemu
Sang Pecinta yang pengasih
Hanya DIA cintaku pada-MU
Sebab didiriku ada KAMU

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.