Memperjuangkan Kebenaran dan Keadilan

Sang Pemimpi Buktikan Mimpi Itu Nyata

”Kita akan sekolah ke Perancis, menjelajah sampai afrika!” Mimpi yang terbilang sulit namun menjadi realita ditangan Ikal dan Arai, dua anak miskin Belitung yang mampu menginjakkan kaki di Eropa dan menikmati eksotis benua Afrika

Memasuki ruang studio tempat digelarnya film Sang Pemimpi serasa penuh sesak, tak ada kursi merah tersisa. Tanda berjubelnya keinginan para pembaca Sang Pemimpi, sekuel kedua tetralogi Andrea Hirata untuk melihat bagaimana versi layar lebarnya disajikan dengan cita rasa tersendiri. Hal yang paling mencolok, bila dalam bacaan novel pembaca digiring dalam ruang imajinasi pulau Belitung, sosok Arai, Jimborn, Ikal dan berbagai tokoh yang menghiasi alur novel, hingga penggambaran semangat akan mimpi-mimpi yang dibangkitkan Arai melalui guru Sastra mereka.
Namun melalui film ini, imajinasi buku itu seakan tumpah ruah didepan mata melalui peran para tokoh yang di sutradarai Riri Riza dan di produseri Mira Lesmana. Tapi yang seperti diutarakan Riri Riza sendiri, film Sang Pemimpi tak semua menampung gairah yang tertuang dalam novelnya. Apalagi untuk plot awal memiliki perbedaan mendasar dengan permulaan novel, karena dibuat lebih visual dan sebagai pembuka film.
Pengambilan sudut gambar, karakter para tokoh dan tentunya lelucon yang sesekali muncul dalam adegan-adegan film, sangat layak ditonton buat anak-anak hingga orang dewasa. Sehingga tak heran, jumlah penonton Sang Pemimpi the movie terbilang sangat beragam hingga menjadi rekreasi sendiri ditengah liburan sekolah bagi para keluarga yang menjadikannya sebagai edutainment.
Pesan mendidik begitu kental, melalui ajakan memimpikan cita-cita setinggi langit dan wujudkan mimpi-mimpi itu dalam kehidupan, karena setiap mimpi adalah imajinasi menuju masa depan. menghanyutkan bagi siapapun yang menonton agar tak menyerah pada keadaan tapi tetap menjaga semangat pantang menyerah. Layaknya pekikan yang didengungkan Arai kepada Ikal ketika pada penerimaan rapor ia mengalami penurusan prestasi dalam film ini, ”Tanpa Mimpi, orang seperti kita akan mati!”.
Perlawanan akan nasib yang bagi kebanyakan anak-anak bangsa ini mungkin akan mengambil jalan tak melanjutkan pendidikan, tapi dibuktikan lain oleh Arai, Ikal dan Jimron yang dengan perjuang keras melalui hari demi hari pembelajaran di sekolah pada pagi hari. Berjuang dengan bau amis ikan di dini hari dan berbagai pekerjaan serabutan lainnya dilakukan pantang menyerah demi terisinya tabungan dan uang sekolah demi cita-cita impian yang ingin diraih.
Dorongan mimpilah yang membuat hidup tiga bersaudara tersebut lebih bergairah dan memiliki arah hidup yang jelas demi membuktikan keingan yang setinggi langit itu tak sia-sia belaka. ”Jejaki kemegahan Eropa sampai ke Afrika yang eksotis. Temukan berliannya budaya sampai ke Perancis. Langkahkan kakimu di altar suci almamater terhebat tiada tara: Sorbonne. Ikuti jejak-jejak Sartre, Louis Pasteur, Montesquieu, Voltaire. Di sanalah orang belajar scince, sastra dan seni hingga mengubah keadaan...” Ungkapan semangat itulah yang menjadi cita-cita mereka. Serasa terus menghantui dan menjadikan mereka sakan-akan gokil habis.
Penonton juga dimanjakan dengan OST & Songs Inspired Sang Pemimpi! "Kita Telah Berjanji Bersama Taklukan Dunia Ini..." -Sang Pemimpi - Theme Song oleh Band GIGI- check out the video clip, Directed oleh Edwin. Apalagi didukung dengan tata suara yang digawangi Satrio Budiono, Penata Musik Aksan Sjuman dan 1st AD Rivano a.k.a Mano. Membuat acting Zulfani (Ikal Kecil), Vikri (Ikal Remaja), Mathias Muchus (Ayah Ikal), Maudy Ayunda (Zakiah Nurmala), Jay Wijayanto (Bang Zaitun) dan para pemain Sang Pemimpi lainnya terasa sangat memukau.
Tak mengherankan, soalnya proses penataan suara dolby digital film Sang Pemimpi mengambil kota yang khusus dan terbilang sangat jauh yakni di Siam Studio, Bangkok. Setelah itu menuju proses paling akhir, mencetak print film di Mitra Lab - Jakarta dan English subtitling copy. Jadi tak mengherankan bila kejernihan suara yang dihasilkan begitu menggoda telinga, membuat setiap adegan maupun percakapan terasa begitu jelas. Hal ini dibuktikan dengan setiap percakapan yang mengundang tawa sontak saja disambut para penonton dengan gelak tawa yang membahana.
Sebuah hiburan yang tak rugi untuk ditonton, terutama bagi orang tua yang menginginkan dorongan semangat dan membangun mimpi setinggi langit bagi anak-anak mereka. Dan mimpi itu diajarkan secara apik melalui film ini, bahwa perjuangan untuk meraih mimpi tak diperoleh dengan mudah. Tapi dengan kerja keras, pantang menyerah, ini ditunjukkan dengan kebiasaan sederhana namun mengandung makna mendalam yakni kebiasaan rajin menabung. Dan tabungan tersebut tidak dipergunakan salah, melainkan untuk menolong bagi yang membutuhkan dan tentunya untuk persiapan dana masa depan.
Perspektif berbeda yang ditampilkan Riri dalam film ini tentang bagaimana rasa cinta diungkapkan, dukungan orang tua dan guru, etos kerja dan belajar pantang menyerah dan keyakinan mewujudkan harapan. Menjadikan setiap detik film ini mengundang tawa, tangis yang menyatu dengan rasa getir sekaligus dorongan semangat untuk berbuat sama. Bahwa mimpi, ia bukanlah sekedar mimpi tetapi hadir secara nyata di masa depan. Selamat bermimpi.

(Muhammad Sirul Haq)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.