asharjunandar under ShorTime In HeaVen
Yang tak terhindarkan datang juga mengajak dialog dalam botol yang
menganga.
Malam yang membuka lebar-lebar mulutnya. Memamerkan jejeran gigi seri
kecoklatan rumput kemarau. "Kupinta api, kau datangkan angin
basah" keluhnya.
Hamzah telah berseru dalam "Seorang..
Angin berhembus sepoi basa"
Namun yang datang di shelter Velodrome ini, begitu beragam manusia,
rambut,
lipstick, rok, tas, juga bacaan atau obrolannya di dalam sinyal hand
phone
yang berbicara entah kepada siapa.
Ada yang marah, senyum-senyum, sedikit airmata hendak basah, atau
seseorang
yang tiba-tiba memencet tuts "No" dan menutup wajah dengan dua
telapak
tangannya.
Yang tak terhindarkan datang juga mengajak dialog dalam botol yang
menganga.
Tiang yang berjejer tinggi sepanjang badan jalan, sepanjang sejarah
selalu
menjinjing satu-satu neon listrik di dua rentang tangannya. Seperti
jalan
yang selalu berarah berlawanan.
Tak sempurna memang rasanya. Bila bebuih ini belum menunjukkan geliat
badan.
Tak sempurna, air yang akan membasahi kerongkongan kita. Jiwa-jiwa yang
selalu terkalahkan dan berdosa.
Baru pada pukul tujuh, sedikit jarum panjang akan melintasi arah ruas
pertama
enam jejeran garis kecil menjelang delapan.
Bus sudah tampak lagi dua lampu depan. Orang-orang bangkit dari kursi
tunggu.
Berjejer sembarang, tidak pernah sesuai antrian.
Satu arah yang terus dipaksakan. Benar-benar terbenamkan.
Terbungkam.
Rawamangun, Sabtu malam, 02082008
blalang_kupukupu
http://asharjunanda r.wordpress. com <http://asharjunanda r.wordpress. com>
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
Tidak ada komentar
Posting Komentar