Ranjau Paku di Jalan
Beberapa waktu yang lalu, saya menulis di blog saya tentang keheranan dan keprihatinan saya akan banyaknya paku yang bertebaran di jalan-jalan. Dalam tulisan saya waktu itu, saya menceritakan bahwa setiap kali perjalanan pulang pergi kerja, saya selalu saja menemukan paku-paku di jalanan. Di sepanjang Rute perjalanan yang tidak lebih dari 1 (satu) KM yang saya lalui dengan berjalan kaki, saya bisa temukan empat atau lima paku setiap hari.
Jika saya tidak sedang terburu-buru, saya sempatkan untuk memungut dan menyingkirkan paku tersebut. Tetapi, saya selalu dibuat heran karena sekian langkah berikutnya, lagi-lagi saya temukan paku tergeletak di sana. Begitu juga di hari lain, saya temukan paku, lagi dan lagi. Sungguh mengherankan sekaligus memprihatinkan.
Keheranan saya akan banyaknya paku-paku di jalanan memang bukanlah hal yang terjadi secara kebetulan. Harian Republika terbitan Selasa, 5 Agustus 2008 di halaman depan memuat berita berjudul “Ranjau Paku yang Merajalela”. Republika menulis, “Jalan-jalan di Ibu Kota yang terlihat halus dan mulus, sering membuat pemakai jalan tak waspada. Di balik jalan aspal hitam yang kerap menggoda untuk ngebut itu, ada ranjau yang ditebar. Tapi, bukan ranjaunya yang meledak saat terinjak, melainkan ban kendaraan Anda”. Dalam berita itu, Republika juga memuat foto yang memperlihatkan seorang petugas polisi yang sedang membersihkan paku di salah satu ruas jalan di Jakarta. Dalam sekali pembersihan, polisi bisa mendapatkan satu sampai tiga kilo gram paku.
Wow, sungguh luar biasa!
Lantas, siapa yang menebar ranjau itu dan apa motivnya. Seandainya hal itu dilakukan oleh saudara kita dengan maksud agar ada orang mengalami bocor ban dan kemudian menambal ban di tempat atau bengkel mereka, maka ingat dan sadarlah wahai saudara!
Carilah rizki yang halal, yang tidak merugikan orang lain. Rizki yang halal insya Allah akan membawa keberkahan. Dengan keberkahan insya Allah, diri kita, anak, istri, dan segenap keluarga kita akan sehat, aman dan sentosa dan insya Allah akan terhindar serta jauh dari musibah.
Mungkin ada diantara saudara kita yang mengatakan bahwa untuk mencari rizki yang haram saja susah apalagi yang halal. Kalau menurut saya sih, justru cari rizki haram saja susah, ngapain cari yang haram. Sudah susah nyarinya, dosa lagi. Mending cari yang halal, meski susah dapatnya tapi tidak berdosa dan tidak merugikan orang lain. Bahkan konon, upaya kita dalam mencari rizki yang halal untuk keluarga adalah salah satu jihad. Betapa besar pahalanya.
Sebaliknya rizki yang haram, selain merugikan orang lain juga berdosa dan sesungguhnya merugikan diri sendiri dan keluarga. Suatu ketika saya pernah ceramah AA Gym. Beliau mengingatkan bahwa memberi nafkah kepada anak istri dengan rizki yang haram sama saja meracuni mereka. Na’udzubillah min dzalik.
Maka, sekali lagi marilah wahai saudara kita semua, carilah rizki yang halal lagi thayib. Dengan rizki yang halal dan thayib, insya Allah diri dan keluarga akan selalu dalam perlindungan Allah SWT.
Dan, ingatlah saudara kita, menyusahkan orang lain itu sama dengan menyusahkan diri sendiri. Mencelakakan orang lain sama dengan mencelakakan diri sendiri.
Salam,
Badiyo
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
Tidak ada komentar
Posting Komentar