Oleh :
Muhammad Sirul Haq
{Koordinator Forum Kajian Kota (ForKATA) Makassar dan Koordinator Area PT. Lingkaran Survey Kebijakan Publik (LSKP) Sul-Sel dan Barat}
Program KB ternyata memiliki muatan kepentingan global yang sangat besar, terutama tentang isu penguasaan dunia. Kepentingan tersirat dan mungkin sebenarnya sangat nyata tergambar, adalah kepentingan agama, ideologi, ekonomi dan penguasaan politik global. Tarikan yang sangat nyata bisa dilihat dengan adanya pertambahan jumlah penduduk secara kuantitas, dan pertarungan kepentingan antara dunia barat dan timur. Diramalkan, Islam sebagai agama akan menguasai Eropa dan Amerika baik secara kuantitas dan kualitas bila dihitung dari pertambahan jumlah penduduknya yang sangat pesat dibandingkan Eropa dan Amerika yang cenderung lesu.
Pada jaringan internet, beredar sebuah video yang dibuat langsung oleh pihak barat berjudul, “A Report On the World Changing Demographic” yang kemudian dalam bahasa Indonesia di beri judul, “Dunia Telah Berubah (perkembangan Islam di Benua Eropa dan Amerika)” yang diterjemahkan oleh Ferdy Dailami Firdaus. Dalam video itu diulas secara lengkap tentang bagaimana peradaban bisa bertahan 25 tahun kedepan sangat dipengaruh dengan pertambahan jumlah penduduk berkisar rata-rata 2,11 angka kelahiran setiap keluarga. Dan bila kurang dari rata-rata tersebut, atau hanya rata-rata 1,3 saja, maka dipastikan akan sulit mempertahankan peradabannya. Tidak sampai disitu saja, butuh 80-100 tahun untuk dapat mengembalikan peradaban itu dan tidak ada model ekonomi pun yang bisa melakukan itu secara cepat.
Sementara di negara-negara Islam dengan penduduk yang bertambah pesat, kemudian mereka mengadakan migrasi ke Eropa dan Amerika yang dimulai sekitar tahun 1990. Pada pola migrasi itu, penduduk Islam di Eropa mengalami pertumbuhan pesat mencapai pertumbuhan rata-rata 8 orang pertahun per keluarga, sementara di penduduk asli Eropa yang terdiri dari 31 negara hanya mampu mencapai 1,38 orang pertahun per keluarga. Artinya apa?, diramalkan Jerman pada tahun 2020 akan menjadi negara muslim, Inggris akan dipenuhi 60% penduduknya beragama Islam. Belanda akan dipenuhi seperduanya oleh penduduknya yang beragama Islam, begitu pula dengan Perancis. Dan itu tidak akan berlangsung lama, cukup dalam kurun waktu 5 tahun ke depan itu sudah terlihat nyata.
Bukti otentik yang dapat dilihat, berupa penambahan mesjid yang kini mencapai 1000 buah di Inggris. Dan kebanyakan mesjid disana itu dulunya adalah gereja-geraja yang mulai ditinggal para jemaahnya. Karena kehilangan jemaah, secara otomatis geraja-gereja tersebut tidak memiliki lagi sumbangan rutin dari para jemaah untuk biaya operasional. 1 dari 5 penduduk Perancis pada tahun 2027 adalah orang muslim, dan hanya dalam 39 tahun lagi akan menjadi Negara muslim. Di inggris dari 82ribu orang tumbuh menjadi 2,5 jt jiwa orang, jadi ada kenaikan 30 kali lipat. Di Rusia ada lebih dari 23 juta muslim, artinya akan ada 40% tentara rusia yang beragama Islam. 25% persen penduduk Belgia dan 50% bayi adalah warga muslim. Dan terkhusus di Amerika sendiri sebagai benua penguasa global, sekarang telah hidup 2 juta penduduknya yang beragama Islam dan berdirinya mesjid-mesjid di sana dengan mengumandangkan asma Allah SWT.
Ditambah lagi, mulainya banyak yang beralih agama dari Kristen menjadi muslim. Jadi dapat dipastikan benua Eropa akan dikuasai oleh penduduk muslim disana itu tidak melalui peperangan ataupun pemboman bunuh diri, tapi karena angka kelahiran warga muslim yang sangat besar dan pesat. Hal mengenai penguasaan benua Eropa tersebut, seperti yang diutarakan Moamar Khadafi dalam video itu secara jelas ditegaskan Islam akan menguasai Eropa tidak melalui peperangan, melainkan angka kelahiran yang sangat besar. Karena disisi lain, orang-orang Eropa yang memiliki tingkat kelahiran sangat mengkwatirkan. Entah karena gaya hidup dan cara berfikir tentang keluarga dan memiliki anak yang dianggap menjadi beban, atau tak sekedar ingin memiliki banyak anak karena dipengaruhi berbagai faktor. Ini sangat berlawanan memang dengan cara berfikir bagi orang-orang muslim dimanapun dia berada, bahwa keluarga adalah amanah Allah SWT yang merupakan rahmat. Memiliki anak adalah rezeki yang tak bisa ditolak, dan seperti yang dinukilkan dalam al-quran bahwa setiap mahkluk di dunia ini telah dijamin rezkinya, apalagi bila ia seorang anak manusia selama ia mau berusaha pasti ada saja rezeki yang datang.
Islam juga tidak melarang bagi hambanya untuk melakukan pernikahan dini, bahkan sangat dianjurkan untuk segera menikahkan anak ketika ia telah dewasa, memiliki hasrat untuk menikah dan telah mampu menopang keluarga. Lain halnya dengan gaya hidup di Eropa dan Amerika, yang memberikan kebebasan untuk menikah kapanpun. Bahkan hingga pada taraf kehidupan bersama antara laki-laki dan perempuan dalam satu atap tanpa memiliki hubungan suami istri, untuk tak dibebani pula berkeluarga secara sah. Sehingga dorongan untuk memiliki anak sangat kurang, apalagi dengan paham kebebasan yang berkembang di Amerika dan Eropa membuat pilihan bagi perempuan untuk secara sadar melakukan pilihan berkarir di berbagai bidang yang dipilihnya. Sehingga dorongan memiliki anak ditengah kesibukan akan membuat itu menjadi sirna, ataupun berkurang.
Gerakan Spionase Barat Melalui Penerapan KB
Saat ini ramai di beberapa media cetak dan elektronik kembali di gelontorkan kampanye ataupun iklan Keluarga Berencana (KB) yang tak lain untuk menekan pertambahan jumlah penduduk. Karena berdasarkan versi pemerintah, ada beberapa faktor negatif yang bisa terjadi bila pertambahan jumlah penduduk tidak terkontrol. Secara pasti adalah tingkat kelahiran yang sangat besar, beban keluarga yang semakin bertambah dan ekonomi yang tidak dapat meningkat karena beban ekonomi untuk membiayai anggota keluarga sangat besar.
Tapi kemudian hal ini dibantah oleh Hisbut tahrir, melalui medianya AL-Islam yang beredar setiap jumat di mesjid-mesjid, pada edisi Jumat, 14 Agustus 2009, menulis bahwa KB adalah sebuah program terselubung yang dititipkan di Indonesia oleh Amerika dan sekutunya. Tak lain, guna mencegah pertambahan penduduk yang begitu besar di dunia muslim. Dan bila itu tidak dicegah, dikwatirkan penduduk di negara muslim akan bertambah secara pesat dan akan mendesak terjadinya imigrasi besar-besaran. Dan imigrasi itu secara pasti akan merambah ke daerah-daerah ataupun negara-negara yang kekurangan jumlah penduduk tapi membutuhkan tenaga produktif yang sangat besar.
Isu terjadinya krisis pangan global akibat pertambahan jumlah penduduk juga dibantah, dalam tulisan itu. Disebutkan, kekwatiran barat akan pertambahan jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan tingkat produksi pangan yang massif bisa berakibat pada krisis pangan dan kelaparan. Tapi ternyata, hampir 60% konsumsi pangan yang sangat boros di dunia itu ternyata ada di negara-negara maju yang jumlah penduduknya sedikit bila dibandingkan negara berkembang yang jumlah penduduknya lebih banyak. Indikasi yang nyata, bukan persoalan produksi pangan yang menjadi kekwatiran terjadinya kelaparan, tapi akses terhadap pangan yang tidak merata. Ditambah lagi, ada penekanan ekonomi yang tidak seimbang sehingga mengakibatkan negara-negara miskin tidak bisa menikmati pangan yang baik. Sementara Amerika dan Eropa mengontrol jalannya distribusi pangan secara global mulai dari titik produksi hingga sampai pada titik konsumsi bagi masyarakat mereka. Dan di negara-negara berkembang, khususnya juga Indonesia memiliki kecenderungan melepas ke pasar mengenai pola distribusi yang padahal pada kenyataannya telah dikontrol asing.
Jika kita melihat pola distribusi pangan, mulai dari hasil laut, pertanian, dan pertambangan walaupun dikuasai pemerintah dan atas nama rakyat di Indonesia. Tapi pada kenyataannya itu telah dikontrol habis oleh pihak Amerika dan sekutunya. Bahkan pola kebijakan dan produksi pertanian di Indonesia bukan di kontrol negara maupun para petani, tapi berdasarkan atas kebijakan dan keinginan asing yang sangat besar. Begitupun terhadap hasil pertambangan minyak bumi, gas dan barang tambang lainnya, Negara Indonesia terutama rakyatnya hanya menjadi penonton atas kekayaan tanah dan airnya.
Penguasaan atas kontrol kekayaan alam oleh asing bagi negara berkembang, terutama Indonesia tidak dapat dielakkan lagi. Apalagi dengan keberadaan utang yang sangat besar dan mencekik bagi rakyat, bahkan memang di setting agar Negara ini tak lepas dari jerat utang, agar mudah di control oleh pihak asing. Dan pengontrolan/penguasaan itu bisa dilepaskan oleh pihak asing, tak lain dengan salah satunya pertambahan jumlah penduduk yang sangat besar menjadi faktor penentu.
Kenapa sampai hal ini menjadi faktor penting. Ini tak terlepas dari kebutuhan ekonomi rakyat, karena semakin bertambanya jumlah penduduk maka akan mendorong penguasaan ekonomi yang semakin besar pula atas sektor-sektor penghasil produksi ekonomi. Diantaranya pertanian, kelautan, pertambangan, dan kehutanan. Walaupun itu mungkin sangat pragmatis, tetapi dari hal yang sangat pragmatis itulah membuat adanya dorongan untuk secara idelogi, teknologi dan kepentingan pasar untuk bisa direbut sebagai hak rakyat.
Keberpihakan Negara
Tarik menarik kepentingan rakyat yang secara riil dengan penambahan penduduk sangat membutuhkan akses ekonomi yang semakin besar pula, akan bertarung dengan kepentingan asing yang menguasai sektor-sektor ekonomi penting di dalam negeri. Pertarungan kepentingan rakyat dan pihak asing itu, tinggal menunggu bagaimana reaksi negara dalam hal ini pemerintah Indonesia, yang secara nyata sekarang dibawah kontrol presiden SBY. Ada kecenderungan yang bertiup, bahwa SBY akan lebih berpihak ke asing terutama dalam hal kebijakan dan pelaksanaan teknis dilapangan.
Indikasi keberpihakan asing oleh SBY yang sangat besar, bisa dilihat dengan pertambahan jumlah hutang yang sangat besar dalam 5 tahun terakhir. Bahkan mengalahkan Presiden Soeharto dalam konsesi hutang dengan pihak asing, terutama dengan Bank Dunia dan Asia Development Bank. Bahkan program pemberdayaan masyarakat, semisal PNPM, BLT dan Konversi minyak tanah ke gas, semuanya terlaksana akibat dana talangan utang.
Lantas, secara khusus program KB menjadi kampanye pemerintah SBY tak lain untuk menekan pertambahan jumlah penduduk dengan dalih sebagai beban ekonomi, menggerus keluarga Indonesia untuk terjerat pada garis kemiskinan. Padahal sebenarnya, kemiskinan di Negara ini terjadi bukan karena pertambahan jumlah penduduk yang sebenarnya menjadi modal besar dalam peningkatan SDM. Tapi karena kemiskinan itu sengaja diciptakan secara politik dan ekonomi, dengan penghilangan akses terhadap sumber-sumber ekonomi, ketertutupan informasi, penguasaan asset yang tidak diserahkan kepada rakyat melainkan ke asing, dan secara kebijakan Negara memang tidak member ruang sebagai pemain utama tetapi lebih kepada asing.
Melihat kebijakan dan tindakan Negara, terutama pemerintahan Indonesia dibawah presiden SBY tersebut. Tinggal kitalah rakyat Indonesia membangun kesadaran kritis, apakah KB memang diperlukan ataukah itu sekedar pembohongan saja. Dan apakah kita masih terus terdiam dengan tindakan asing dan pemerintah yang lebih memiskinkan rakyatnya ataukah kita harus melepaskan diri dari ketertindasan itu. Hal ini sangat tergantung masyarakat itu sendiri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
Tidak ada komentar
Posting Komentar